Suatu hari, saat seorang kakek penebang kayu tengah menebang pohon di tepi sungai, tak sengaja kapak yang ia punya terjatuh ke sungai. Karena kapak itu satu-satunya yang dia punya. Dia menangis dan berdoa, hingga muncullah Malaikat.
“Mengapa engkau menangis hai pak tua?” tanya malaikat itu.
Sambil tersedu-sedu si kakek bercerita tentang satu-satunya kapak yang dimiliki telah terjatuh didalam sungai. “ Pak Malaikat, kapak itu alat pencari nafkah satu-satunya yang saya miliki”. Malaikat itu lalu menghilang, dan seketika muncul kembali dengan membawa kapak emas.
“Apakah ini kapakmu?” tanya malaikat sambil melihatkan kapak emas pada kakek itu.
“Bukan,” jawab kakek itu.
Lalu Malaikat menghilang lagi dan muncul kembali dengan membawa kapak perak. “Apakah ini kapakmu?” tanya Malaikat.
“Bukan,” sahut kakek itu sambil menggelengkan kepala.
Usai mendengar jawaban itu, Malaikat menghilang lagi dan muncul kembali sambil membawa sebuah kapak yang sangat jelek dengan gagang kayu bermata besi.
“Apakah ini kapakmu?” tanya Malaikat sambil memperlihatkan kapak itu.
“Ya, benar itu kapak saya,” sahut si kakek senang.
“Kamu adalah orang jujur, maka aku berikan ketiga kapak ini untukmu sebagai imbalan atas kejujuranmu!” ujar malaikat. Lalu kakek itu pulang ke rumah denga rasa syukur penuh suka cita.
Namun, beberapa hari kemudian, ketika menyeberangi sungai, isteri kakek itu terjatuh dan hanyut ke dalam sungai. Si kakek menangis dengan sedih dan berdoa. Seketika, muncullah Malaikat yang memberinya tiga kapak tempo hari.
“Mengapa engkau menangis?” tanya malaikat.
“Isteriku satu-satunya yang amat kucintai terjatuh dan hanyut ke dalam sungai,” sahut kakek.
Lalu Malaikat menghilang, dan muncul kembali sambil membawa Luna Maya. “Apakah ini isterimu?” tanya Malaikat.
“Ya..” jawab si kakek.
Mendengar jawaban itu, Malaikat marah dan kecewa. “Kamu bohong! Kemana perginya kejujuranmu?” kata Malaikat.
Dalam ketakutan kakek itu berkata, “ jika aku tadi menjawab Luna Maya bukan isteriku, engkau pasti kembali lagi membawa Cut tari. Lalu, jika kujawab bahwa Cut Tari bukan isteriku, engkau akan kembali dengan membawa isteriku yang sebenarnya, dan aku akan menjawab benar bahwa itu isteriku. Aku takut, jika aku jujur maka engkau akan memberikan ketiganya untuk menjadi isteriku. Hamba ini sudah tua renta dan tidak punya tenaga yang kuat. Tidak mungkin bisa mampu seperti ARIEL . Please dechhhh.........hamba mana kuat,” kata kakek itu.
HA HA HA HA
“Mengapa engkau menangis hai pak tua?” tanya malaikat itu.
Sambil tersedu-sedu si kakek bercerita tentang satu-satunya kapak yang dimiliki telah terjatuh didalam sungai. “ Pak Malaikat, kapak itu alat pencari nafkah satu-satunya yang saya miliki”. Malaikat itu lalu menghilang, dan seketika muncul kembali dengan membawa kapak emas.
“Apakah ini kapakmu?” tanya malaikat sambil melihatkan kapak emas pada kakek itu.
“Bukan,” jawab kakek itu.
Lalu Malaikat menghilang lagi dan muncul kembali dengan membawa kapak perak. “Apakah ini kapakmu?” tanya Malaikat.
“Bukan,” sahut kakek itu sambil menggelengkan kepala.
Usai mendengar jawaban itu, Malaikat menghilang lagi dan muncul kembali sambil membawa sebuah kapak yang sangat jelek dengan gagang kayu bermata besi.
“Apakah ini kapakmu?” tanya Malaikat sambil memperlihatkan kapak itu.
“Ya, benar itu kapak saya,” sahut si kakek senang.
“Kamu adalah orang jujur, maka aku berikan ketiga kapak ini untukmu sebagai imbalan atas kejujuranmu!” ujar malaikat. Lalu kakek itu pulang ke rumah denga rasa syukur penuh suka cita.
Namun, beberapa hari kemudian, ketika menyeberangi sungai, isteri kakek itu terjatuh dan hanyut ke dalam sungai. Si kakek menangis dengan sedih dan berdoa. Seketika, muncullah Malaikat yang memberinya tiga kapak tempo hari.
“Mengapa engkau menangis?” tanya malaikat.
“Isteriku satu-satunya yang amat kucintai terjatuh dan hanyut ke dalam sungai,” sahut kakek.
Lalu Malaikat menghilang, dan muncul kembali sambil membawa Luna Maya. “Apakah ini isterimu?” tanya Malaikat.
“Ya..” jawab si kakek.
Mendengar jawaban itu, Malaikat marah dan kecewa. “Kamu bohong! Kemana perginya kejujuranmu?” kata Malaikat.
Dalam ketakutan kakek itu berkata, “ jika aku tadi menjawab Luna Maya bukan isteriku, engkau pasti kembali lagi membawa Cut tari. Lalu, jika kujawab bahwa Cut Tari bukan isteriku, engkau akan kembali dengan membawa isteriku yang sebenarnya, dan aku akan menjawab benar bahwa itu isteriku. Aku takut, jika aku jujur maka engkau akan memberikan ketiganya untuk menjadi isteriku. Hamba ini sudah tua renta dan tidak punya tenaga yang kuat. Tidak mungkin bisa mampu seperti ARIEL . Please dechhhh.........hamba mana kuat,” kata kakek itu.
HA HA HA HA
Tag :
Dewasa
0 Komentar untuk "Cerita Dewasa : Sebuah Kejujuran"